Kamis, 16 Desember 2010

Kultur "suka melawan hukum"

Bukan aneh lagi kita jumpai sehari-hari, banyak (masih) orang-orang kita yang suka ga ngikuti rule, law, pedoman, aturan, hukum. Jika menurut prosedur satu surat selesai dalam seminggu, akan sangat bangga kalo kita bisa dapatkan dalam 1-2 hari saja. Hebat kalo naik motor ga pakai helm ga kena tilang. Pintar namanya kalo bisa masukkan anak ke sekolah tertentu padahal tahu nilainya ga nyampe. Dan seterusnya. Kenapa ya?

Koentjaraningrat menyebut ini mental menerabas. Menurut sebagian ahli, ini adalah ciri masyarakat belum tahu hukum. Tapi, tampaknya mereka paham sekali aturannya. Mereka pahami dulu hukumnya, sampai ke pasal dan ayatnya, lalu .......... cari-cari celahnya. Jadi, ini bukan soal ga tahu, tapi emang niatnya ga ingin mematuhi.

Salah satu penyebab nya menurut ku adalah tabiat yang muncul di era penjajahan. Di zaman itu, mereka yang BERANI MELAWAN HUKUM adalah HEBAT. JIka si kempetai menyuruh rukuk ke arah matahari terbit, yang ga rukuk adalah pahlawan. Jika bisa sembunyikan hasil panen sehingga pajaknya ga harus dibayar pul, itulah yang perlu ditiru. Mereka lah pemberani-pemberani sejati. Dst. Di kurun itu oke lah bisa diterima. Perilaku ini benar secara konstektual.

Tapi, di alam merdeka dengan pemerintahan pribumi sendiri saat ini, ingatan kolektif kita masih tidur. Kita belum bisa bedain penjajah dengan orang kampung sendiri. Saat ini, yang berani melawan hukum masih dianggap hebat. Mereka pintar, cerdik pandai. Perlu jadi contoh.

Sulit tampaknya menghapus kultur yang akarnya sudah berabad-abad lalu. Kita belum bangga menjadi orang patuh. Menjadi orang baik, jujur, patuh: bukan idola. Yang mampu mengakali hukum, itulah orang hebat. Untuk bisa hebat mengakali hukum, ya .......... belajar lah hukum, dan kalo nasib baik menjadi pelaku hukum.

Bagaimana merubah ini? Mereformasi kultur jelas sulit. Satu cara, karena masyarakat kita paternalistis, mulailah dari atas. Kita butuh sosok-sosok elit yang bangga jika taat pada hukum. Tak cukup 5-10 orang, kita perlu elit seperti itu seratus, seribu, dan berjuta-juta orang. Perilaku mereka memiliki efek yang sangat besar. Visualisasi kan secara luas, maka ini akan menyebar dengan cepat pula. ******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar