Rabu, 25 Februari 2009

Standarisasi Nilai

Ini cerita yang say akutip dari tulisan di Kompasiana, yaitu ” 15 menit menunggu pak kalla”. Oleh wisnu nugroho - 24 Februari 2009. http://wisnunugroho.kompasiana.com/2009/02/24/15-menit-menunggu-pak-kalla/
Cerita tentang seorang pejabat di istana wapres angkat bicara. soal standarisasi nilai di perguruan tinggi di indonesia. Awalnya adalah pertanyaan kenapa di departemen pekerjaan umum tidak lagi ada mahasiswa lulusan ITB? Ternyata, syarat IPK minimal 3,0 disebut sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan IPK setinggi itu, tidak banyak mahasiswa ITB yang bisa memenuhinya. “Belum dipanggil, banyak yang sudah gugur karena rata-rata IPK-nya”. Di sisi lain, ada fenomena murahnya pemberian nilai di perguruan tinggi swasta.
Menurut seorang mantan menteri yang ikut dalam rombongan dosen itu, IPK 3,0 di perguruan tinggi swasta kerap setara dengan IPK 2,4 atau 2,6 di perguruan tinggi negeri. Ada lagi seorang pejabat lain yang menimpali, bahwa dosen-dosen itu juga kerap bangga dengan status killer yang disandang karena kepelitannya memberi nilai A. “Dosen-dosen yang pelit dan killer punya andil mematikan karir dan masa depan mahasiswanya,” ujar pejabat itu. ... “di luar negeri, nilai a itu tidak sulit. kalau memang bagus, dosen tak ragu memberi nilai a. kalau masih banyak yang ipk-nya di bawah 3, kasihan mahasiwa itu. selain sulit cari kerja, mau sekolah di luar negeri pun sulit juga,” ujar pejabat wapres memberi dukungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar